Walau RSH mendapat subsidi dari pemerintah, pengembang enggan membangunnya. Saat ini, dari 40 developer aktif yang tergabung dalam Dewan Perwakilan Daerah Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI), hanya lima developer yang membangun RSH.
"Itu pun lokasinya di desa. Sekarang, sudah tak mungkin lagi membuat RSH di Sleman dan Kota Yogyakarta. Tinggal Kulon Progo, Gunung Kidul, dan sebagian kecil daerah di Bantul yang bisa," kata Ketua DPD REI Yogyakarta Remigius Edy Waluyo, Jumat (19/9).
Harga tanah di Kota Yogyakarta dan Sleman yang mencapai ratusan ribu bahkan di atas Rp 1 juta per meter persegi, sudah tidak realistis. Sementara di sisi lain, pascakenaikan bahan bakar minyak (BBM), daya beli masyarakat anjlok.
Dampak kenaikan harga BBM yang memacu inflasi sehingga suku bunga bank naik, memperparah keadaan. Pihak pengembang semakin kelabakan sehingga hanya bisa menawarkan rumah tipe kecil, dengan luas tanah yang sempit, dan lokasi yang semakin ke pedesaan.
"Walau REI berkeinginan tetap membuat RSH, namun jujur saja, itu makin berat. Menawarkan rumah tipe kecil yang lokasinya di pelosok pun tidak mudah. Saat ini, pengembang sudah menekan keuntungan sehingga harga rumah terjangkau," kata Remigius.
Sumber : Kompas
0 Response to "Yogyakarta Bakal Kehilangan Rumah Sederhana Sehat"